"kebahagiaan tertinggi adalah kepastian anda dicintai seperti apa adanya atau lebih tepatnya anda dicintai walaupun anda seperti adanya"
"Meskipun jauh didasar lautan, terletak didalam kerasnya kulit kerang, mutiara akan tetap dicari orang, jadilah mutiara yang terindah, dan ingat mutiara hadir dari sebuah pengorbanan"
"seorang Arsitek tidak akan sibuk bertanya kapan terjadi gempa, namun seorang arsitek akan berfikir apa yang bisa kita siapkan jika gempa melanda"
Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal
Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segala
gerak dan tindakan di masa datang
Selasa, 19 Juni 2007
Minggu, 17 Juni 2007
Cerita
Akal Manusia
Ada seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah untuk dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembala dibawa ke daerah yang banyak rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak kecil.
Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau berkata kepada kerbau,
“Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas kemana pun saya mau.”
“Saya takut kepada anak kecil itu”, jawab si kerbau.
“Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?” ejek si harimau sambil menertawakan.
“Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia” kata si kerbau menjelaskan.
“Apa sih kelebihan manusia itu, koq bisa membuat kamu takut?” tanya si harimau penasaran.
Tidak lama kemudian, anak penggembala tersebut datang. Langsung saja si harimau menyapanya.
“Hey anak manusia!! Kata si kerbau kamu mempunyai kelebihan yang membuat dia takut. Apa itu?”
Anak pengembala itu menjawab, “Saya sebagai manusia diberikan kelebihan oleh Pencipta, yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluq lainnya”
“Akal itu apa, boleh saya melihat akal kamu? Jika kamu tidak menunjukkan, saya akan memakan kamu.” tanya harimau sambil mengancam.
“Wah saya tidak bisa memperlihatkannya, karena akal saya tertinggal di rumah”
“Kalau begitu kamu ambil dulu.” kata si harimau dengan nada mendesak.
“Saya bisa saja mengambilnya, tetapi percuma. Kamu akan lari.” Jawab pengembala tidak mau kalah.
“Saya janji, saya tidak akan lari” kata harimau dengan percaya diri.
“Sekarang kamu berkata demikian, setelah melihat saya membawa akal, kamu pasti lari. Bagaimana kalau kamu saya ikat? Supaya kamu tidak lari nanti.”
“Setuju” jawab harimau.
Kemudian si anak penggembala tersebut mengikat harimau tersebut di sebuah pohon. Bukan saja tidak bisa lari, tetapi sampai tidak bisa bergerak leluasa. Setelah mengikat si anak pun pergi.
Kerbau yang mengamati dari tadi tertawa, melihat nasib harimau.
“Sekarang kamu bisa apa?” tanya si kerbau. Harimau tidak bisa menjawab, dia panik dan ingin melepaskan diri tetapi tidak bisa.
“Itulah akal manusia, he he” kata si kerbau sambil pergi mengikuti majikannya.
Ada seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah untuk dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembala dibawa ke daerah yang banyak rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak kecil.
Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau berkata kepada kerbau,
“Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas kemana pun saya mau.”
“Saya takut kepada anak kecil itu”, jawab si kerbau.
“Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?” ejek si harimau sambil menertawakan.
“Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia” kata si kerbau menjelaskan.
“Apa sih kelebihan manusia itu, koq bisa membuat kamu takut?” tanya si harimau penasaran.
Tidak lama kemudian, anak penggembala tersebut datang. Langsung saja si harimau menyapanya.
“Hey anak manusia!! Kata si kerbau kamu mempunyai kelebihan yang membuat dia takut. Apa itu?”
Anak pengembala itu menjawab, “Saya sebagai manusia diberikan kelebihan oleh Pencipta, yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluq lainnya”
“Akal itu apa, boleh saya melihat akal kamu? Jika kamu tidak menunjukkan, saya akan memakan kamu.” tanya harimau sambil mengancam.
“Wah saya tidak bisa memperlihatkannya, karena akal saya tertinggal di rumah”
“Kalau begitu kamu ambil dulu.” kata si harimau dengan nada mendesak.
“Saya bisa saja mengambilnya, tetapi percuma. Kamu akan lari.” Jawab pengembala tidak mau kalah.
“Saya janji, saya tidak akan lari” kata harimau dengan percaya diri.
“Sekarang kamu berkata demikian, setelah melihat saya membawa akal, kamu pasti lari. Bagaimana kalau kamu saya ikat? Supaya kamu tidak lari nanti.”
“Setuju” jawab harimau.
Kemudian si anak penggembala tersebut mengikat harimau tersebut di sebuah pohon. Bukan saja tidak bisa lari, tetapi sampai tidak bisa bergerak leluasa. Setelah mengikat si anak pun pergi.
Kerbau yang mengamati dari tadi tertawa, melihat nasib harimau.
“Sekarang kamu bisa apa?” tanya si kerbau. Harimau tidak bisa menjawab, dia panik dan ingin melepaskan diri tetapi tidak bisa.
“Itulah akal manusia, he he” kata si kerbau sambil pergi mengikuti majikannya.
Berita
12 Agustus 2007
Konfrensi Internasional Khilafah
Tempat Gelora Bungkarno istora senayan Jakarta
jan 09.00 s/d 12.00 WIB
Konfrensi Internasional Khilafah
Tempat Gelora Bungkarno istora senayan Jakarta
jan 09.00 s/d 12.00 WIB
Artkel
Negara Kertas Koran
Ketika pagi masih agak malu menunjukkan wajahnya yang lugu. kertas koran hadir menyapa rakyat negriku, nasip rakyatku terpampang bagaikan susunan kertas koran dipagi ini.
Pada halaman depan tampak wajah manis para Penguasa negri sedang asyik bernyanyi ria pada sebuah resepsi pernikahan anak seorang kolomerat, pada bagian bawah halaman pertama, terpajanglah pose artis ibu kota yang sedang memamerkan auratnya dengan banga, sedikit dibawahnya pada kolomke-2 terpajang wajah ibu - ibu pengemis lagi mengadahkan tangan didepan pusat perbelanjan, pada halaman kedua diceritakan prestasi pemegang kebijakan negara ini yang telah berhasil menjual kekayaan negri dengan harga yang sangat murah, ketika membalik halaman ketiga, tanpak nasip generasi penerus negri yang tak bisa diandalkan, mereka tengah asyik tauran antar sesama mereka, dan pada kolom ketiga sdedikit kebawah, ada seorang anak sekolah dasar yang gantung diri gara gara malu tak mampu membayar biaya sekolah.
Pada halaman berikutnya, seakan dapat dirasakan derita yang diterima oleh para pedagang yang tergusur tempat jualanya dengan alasan ketertiban, pada kolom yang sama tangsan anak jalanan sangat terasa, mereka yang kedinginan, mereka yang kelaparan, mereka yang terbuang, semua menjadi pemandangan biasa di setiap persimpangan ibukota
Kertas korang bukanlan sebuah negara, sehingga ia mampu untuk mengatasi ini semua, kertas koran bukanlah penguasa, sehingga berpengaruh terhadap nasip mereka, tapi berita kertas koran bukanlah ilusi para pujanga, tulisan kertas koran bukan juga bualan para penjaja obat kusta, isi kertas koran adalah gambaran nasip anak negeri nusantara
Negaraku, oh Negaraku, nasipmu tak ubanya separti kertas koran, kejadian demi kejadian terus berulang , hadir setiap pagi, senantiasa menghapiri rakyat negri ini,
Hidup kertas koran, kertas koran memang tak berararti bagi seseorang, namun terkadang kertas korang bagi mereka bisa lebih berarti dari sebuah negara, disaat negara tertidur dalam ketenangan, mereka yang kedinginan bisa menjadikankertas koran sebagai alas tidur bagi yang tinggal di jalanan, bagi mereka yang kelaparan kertas koran bisa dijual untuk pengganjal perut keroncongan, ketika itu penguasa kekenyangan dalam kemewahan
Kertas koran bukan apa apa, yang ada hanyalah panggilaan buat kita semua, haruskan ini terus terjadi, dinegri kaya yang bernama Nusantara ini
,Tegakkan Sistim Illahi, Agar semua Bisa Teratasi
Ketika pagi masih agak malu menunjukkan wajahnya yang lugu. kertas koran hadir menyapa rakyat negriku, nasip rakyatku terpampang bagaikan susunan kertas koran dipagi ini.
Pada halaman depan tampak wajah manis para Penguasa negri sedang asyik bernyanyi ria pada sebuah resepsi pernikahan anak seorang kolomerat, pada bagian bawah halaman pertama, terpajanglah pose artis ibu kota yang sedang memamerkan auratnya dengan banga, sedikit dibawahnya pada kolomke-2 terpajang wajah ibu - ibu pengemis lagi mengadahkan tangan didepan pusat perbelanjan, pada halaman kedua diceritakan prestasi pemegang kebijakan negara ini yang telah berhasil menjual kekayaan negri dengan harga yang sangat murah, ketika membalik halaman ketiga, tanpak nasip generasi penerus negri yang tak bisa diandalkan, mereka tengah asyik tauran antar sesama mereka, dan pada kolom ketiga sdedikit kebawah, ada seorang anak sekolah dasar yang gantung diri gara gara malu tak mampu membayar biaya sekolah.
Pada halaman berikutnya, seakan dapat dirasakan derita yang diterima oleh para pedagang yang tergusur tempat jualanya dengan alasan ketertiban, pada kolom yang sama tangsan anak jalanan sangat terasa, mereka yang kedinginan, mereka yang kelaparan, mereka yang terbuang, semua menjadi pemandangan biasa di setiap persimpangan ibukota
Kertas korang bukanlan sebuah negara, sehingga ia mampu untuk mengatasi ini semua, kertas koran bukanlah penguasa, sehingga berpengaruh terhadap nasip mereka, tapi berita kertas koran bukanlah ilusi para pujanga, tulisan kertas koran bukan juga bualan para penjaja obat kusta, isi kertas koran adalah gambaran nasip anak negeri nusantara
Negaraku, oh Negaraku, nasipmu tak ubanya separti kertas koran, kejadian demi kejadian terus berulang , hadir setiap pagi, senantiasa menghapiri rakyat negri ini,
Hidup kertas koran, kertas koran memang tak berararti bagi seseorang, namun terkadang kertas korang bagi mereka bisa lebih berarti dari sebuah negara, disaat negara tertidur dalam ketenangan, mereka yang kedinginan bisa menjadikankertas koran sebagai alas tidur bagi yang tinggal di jalanan, bagi mereka yang kelaparan kertas koran bisa dijual untuk pengganjal perut keroncongan, ketika itu penguasa kekenyangan dalam kemewahan
Kertas koran bukan apa apa, yang ada hanyalah panggilaan buat kita semua, haruskan ini terus terjadi, dinegri kaya yang bernama Nusantara ini
,Tegakkan Sistim Illahi, Agar semua Bisa Teratasi
Langganan:
Postingan (Atom)